Kesejahteraan Petani Terus Menurun, Konsep Korporasi Petani Digodog

- Senin, 20 Maret 2023 | 12:00 WIB
Petani Milenial Dituntut Untuk Kreatif dan Inovatif Hadapi Tantangan Global
Petani Milenial Dituntut Untuk Kreatif dan Inovatif Hadapi Tantangan Global

halopedeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kesempatan menyatakan harapannya agar ada Korporasi Petani. Dengan Korporasi Petani ini, petani tidak hanya sekadar panen, lalu langsung dijual.

Menanggapi hal itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga menekankan pentingnya peran Korporasi Petani dalam kebijakan pangan nasional. Pasalnya, menurut Moeldoko, Korporasi Petani akan membantu pemberdayaan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Dengan Korporasi Petani, petani terlibat dalam proses produksi beras dan ikut dalam pemasaran hasil usaha tani,” kata Moeldoko saat menyampaikan paparannya dalam Seminar Nasional Pangan tentang “Pembenahan Kebijakan Pangan Menuju Indonesia Emas” di Jakarta, Kamis (16/3/2023).

Korporasi Petani, imbuhnya, perlu diperkuat dengan diberi modal. Jadi pada saat panen, korporasi bisa memberikan manfaatnya kepada petani.

Sementara itu, ide tentang Korporasi Petani dicetuskan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2017. Arahan Presiden tersebut ditindaklanjuti oleh Kementerian Pertanian melalui Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 tahun 2018.

Baca: Petani diingatkan dampak El Nino

Korporasi Petani sebagai suatu usaha pertanian yang mandiri, berdaya saing dan berkesinambungan akan memberikan pembinaan, pengawalan, pemberian bantuan benih, pupuk, alat pasca panen dan pengolahan, serta pelatihan pemasaran kepada para petani yang menjadi anggota sekaligus pengelola korporasi.

Seruan Moeldoko untuk memaksimalkan fungsi Korporasi Petani didasarkan pada laporan riset Nagara Institute baru-baru ini yang menyebutkan bahwa saat ini terdapat tren penurunan kesejahteraan petani dan minat generasi muda untuk bertani.

Laporan Badan Pusat Statistik di tahun 2020 juga menyebutkan bahwa sebagian besar jumlah penduduk miskin ada di sektor pertanian. Rumah tangga miskin yang bekerja di sektor pertanian menyumbang kontribusi terbesar yakni 46,30 persen. Pendapatan rata-rata per bulan di sektor pertanian di tahun 2022 pun tercatat hanya sebesar Rp 1,9 juta.

“Petani itu tantangannya, lahan semakin sempit dan rusak. Petani kita juga tidak serta merta bisa menerima teknologi. Terkait manajemen keuangan, ya begitu petani kita tidak bisa menghitung. Belum lagi ketika pasca panen, pasti ada loss 10 persen,” kata Moeldoko.

Baca: Anak muda enggan jadi petani

Selain itu, walaupun pemerintah mengalokasikan KUR pertanian sebesar Rp 70 triliun di tahun 2021, tapi petani masih mengalami kesulitan dalam mengakses permodalan karena berbagai macam faktor, mulai dari iliterasi hingga urusan birokrasi.

“Ada 3 hal yg mengakibatkan harga pangan naik: harga energi naik, kebijakan nasional dan kegagalan panen. Ketiga hal ini jangan dianggap remeh karena persoalan pangan adalah isu global. Namun, setelah memahami tantangan tersebut, kita mau ngapain? Itu yang harus dipikirkan,” pungkas Moeldoko yang juga ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Sumber: ksp.go.id 

Editor: Pramesti Utami

Tags

Artikel Terkait

Terkini

BCA Raih Laba Rp 11,5 Triliun pada Kuartal I 2023

Kamis, 27 April 2023 | 19:50 WIB

Ekonomi Syariah Terus Maju

Rabu, 26 April 2023 | 23:22 WIB

Kondisi Ekonomi RI Terus Menguat

Kamis, 20 April 2023 | 12:54 WIB

Mudik Lebaran Ikut gerakkan Ekonomi Daerah

Kamis, 20 April 2023 | 08:00 WIB

Terpopuler

X