Anak Muda Enggan Jadi Petani, Bagaimana Nasib Pertanian di Masa Depan?

- Minggu, 5 Februari 2023 | 10:09 WIB
Semakin banyak anak muda yang melirik sektor pertanian sebagai petani muda. Foto: VOA Indonesia
Semakin banyak anak muda yang melirik sektor pertanian sebagai petani muda. Foto: VOA Indonesia

halopedeka.com -  Banyak anak muda enggan terjun ke sektor pertanian karena dianggap tidak menguntungkan secara finansial. Menanggapi hal ini, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan stigma petani jangan diasosiasikan dengan kemiskinan. 

“Saya tidak suka dengan stigma petani itu miskin. Kita jangan terjebak dengan pandangan negatif seperti itu. Petani Indonesia bisa kaya! Bisa sejahtera!” Seru Moeldoko saat menghadiri acara panen raya di Desa Balongsari, Kec. Rawamerta, Kab. Karawang, Jawa Barat, Kamis (2/2).

Menurutnya, dunia pertanian itu luas, yang artinya menjadi petani bukan hanya tentang terjun ke medan berlumpur. Moeldoko menegaskan, anak-anak muda yang melek teknologi bisa memainkan peran di bidang digital untuk memajukan pertanian Indonesia dengan menjadi petani milenial. 

Purnawirawan Panglima TNI yang juga ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini mengatakan bahwa pemerintah terus memprioritaskan bantuan subsidi untuk petani. Salah satunya adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian yang jumlahnya mencapai Rp 70 triliun.

Namun sayangnya, perguliran KUR di daerah-daerah belum maksimal karena banyak para petani yang tidak teredukasi akan hal ini.

“Jadi kalau ada saudara-saudara petani kita yang belum dapat KUR, mohon diajari bagaimana caranya untuk mengakses bantuan dari pemerintah ini,” pesan Moeldoko kepada jajaran perangkat desa dan penyuluh pertanian.

Baca: Impor beras menjadi musuh petani

Dalam acara panen raya tersebut, Moeldoko berdialog dengan masyarakat di Desa Balongsari untuk menampung aspirasi dan keluhan para petani. Di antara beberapa keluhan masyarakat adalah terkait ketersediaan pupuk bersubsidi, bantuan infrastruktur jalur irigasi, dan masalah regenerasi petani.

Adapun Kab. Karawang sendiri merupakan salah satu lumbung pangan nasional yang memproduksi sekitar 500 ribu ton beras tiap tahunnya.

Oleh karenanya, pertanian di Kab. Karawang menjadi perhatian Kepala Staf Kepresidenan. Sebanyak 70 alat penyemprot untuk padi pun diberikan kepada Desa Balongsari untuk mendukung produktivitas petani.

“Setelah dihantam COVID-19, dunia dihadapkan pada situasi sulit akibat perang. Semua bahan pangan jadi mahal, termasuk pupuk. Maka harus mulai dibangun kesadaran bagi petani untuk beralih ke pupuk organik,” pungkas Moeldoko.

“Harga gabah kering dan beras saat ini sedang tinggi. Nah, gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Tanam padi harus dioptimalkan, benih jangan salah pilih, jadwal pemberian pupuk jangan sampai kelewatan, hasilnya nanti pasti akan baik,” tutupnya.

Editor: Pramesti Utami

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Buruan Daftar! Kominfo Buka Program Beasiswa S2

Sabtu, 25 Februari 2023 | 17:00 WIB

Simak Perbandingan Gaji PNS dan Pegawai Honorer

Sabtu, 28 Januari 2023 | 18:00 WIB

RUU PPRT Jamin Hak PRT, Pemberi Kerja dan Penyalur

Kamis, 19 Januari 2023 | 15:00 WIB
X