halopedeka.com - Banyak orang tua yang kewalahan menghadapi dan sangat mengkhawatirkan kondisi mental putra-putrinya yang sedang memasuki masa remaja.
Ya, masa remaja adalah masa perubahaan. Di masa remaja inilah mereka mengantisipasi perubahan suasana hati, perilaku yang berisiko, dan pertengkaran tanpa akhir.
Beberapa anak menjalani masa remaja secara normal, seperti mengembangkan identitas mereka, menguji batasan, dan menegaskan otoritas atas hidup dan tubuh mereka. Namun banyak juga yang menghabiskan masa remaja mereka dengan penuh dengan gejolak, menghadapi terlalu banyak beban di sekolah, tak tahu bagaimana menyikapi perubahan hormonal yang terkait dengan pubertas.
Bahkan, tidak sedikit yang menghabiskan masa remaja mereka dalam kondisi keluarga yang tidak mendukung seperti konflik, masalah ekonomi dan sederet masalah lainnya. Akibatnya, remaja bisa mudah tersinggung dan sensitif terhadap tekanan. Mereka juga belum memiliki cukup bekal dan pengalaman untuk mengatur reaksi terhadap perubahan dan tekanan yang dihadapi.
Kondisi ini membuat banyak anak di masa remaja yang mengalami masalah kesehatan mental. Riset menunjukkan, setengah dari penyakit mental muncul pada usia 14 dan 75% pada usia 24, menjadikan masa remaja sebagai periode yang penting untuk mencegah dan mengobati masalah kesehatan mental.
Baca: Perjuangan mahasiswa tak mampu untuk bisa kuliah, akhirnya meninggal
Tanda dan Gejala Masalah Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental pada masa remaja dapat terjadi dalam bentuk yang tidak terduga. Depresi dan kecemasan dapat bermanifestasi sebagai lekas marah dan bahkan pemberontakan. yang oleh orang tua dianggap sebagai rasa tidak hormat dan kemalasan.
Memahami apa yang ada di balik perilaku anak di masa remaja memang menantang. Remaja cukup tertutup, jadi mereka mungkin tidak mengungkapkan sejauh mana perjuangan mereka.
Pengalaman traumatis seperti bullying, kekerasan dalam berpacaran, dan pelecehan dan penyerangan seksual terlalu umum terjadi pada remaja. Ini dapat menyebabkan perubahan perilaku dan pengaruh secara drastis.
Meski kecemasan adalah suatu respons emosional yang normal pada usia berapa pun, termausk di masa remaja. Surevi mengungkap sekitar sepertiga remaja memiliki beberapa jenis gangguan kecemasan.
Sekitar 10% di antaranya mengalami gangguan parah sebagai akibatnya. Remaja yang berjuang dengan kecemasan kronis mungkin mengalami pergolakan atau lekas marah, masalah tidur, kecenderungan perfeksionis, atau mungkin mencoba menghindari hal-hal yang membuat stres sama sekali.
Sebuah penelitian menyebutkan, sekitar 17% remaja tengah berjuang melawan depresi. Depresi di masa remaja umumnya ditunjukkan dengan hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari, tapi lebih dari perasaan sedih.
Bagi remaja, gejala depresi mungkin tampak seperti menarik diri dari keluarga atau aktivitas sosial, menutup diri selama percakapan atau konflik, lesu, sulit berkonsentrasi, putus asa tentang masa depan, atau perasaan negatif atas identitas diri. Semua itu umum terjadi di masa remaja
Baca: Haruskah menikah cepat atau ditunda dulu?
Depresi di masa remaja juga sering dikaitkan dengan upaya melukai diri sendiri dan bahkan mengarah ke upaya bunuh diri.
Artikel Terkait
5 Cara Online Dating yang Aman a la Gen Z
Dear Gen Z, Jangan Lagi Menunda Gunakan Produk Ramah Lingkungan
Kenali Gen Alfa: Generasi yang Akan Menentukan Wajah Dunia Kerja di Masa Depan