Walaupun bisa dikatakan cukup stabil, inflasi tahunan Indonesia menyentuh angka 5,42% pada November. Kenaikan bahan pangan dan bahan bakar minyak jadi alasan meroketnya inflasi sepanjang tahun ini.
Para pakar menekankan bahwa konsumsi dalam negeri tetap menjadi sentral dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia, di tengah ketidakpastian perdagangan dan kondisi ekonomi internasional. Syaratnya, masyarakat juga perlu mengendalikan keranjang belanjaannya dalam mengantisipasi sejumlah dampak resesi global yang dipaparkan di atas.
“Masyarakat harus lebih bijak lagi dalam berkonsumsi. Sektor konsumsi rumah tangga sebagai penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tidak perlu kita pertanyakan lagi. Namun di masa-masa harga yang merangkak naik, masyarakat perlu lebih precautious (waspada dan antisipatif) dan membuat prioritas kebutuhan yang perlu dipenuhi,” saran Fajar B. Hirawan dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
Bhima Yudhistira Adinegara dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) juga menekankan untuk lebih mengendalikan pembelian barang-barang yang bersifat sekunder dan tersier. Ia menyarankan masyarakat untuk berpikir dua kali sebelum mengambil pinjaman, terutama terhadap barang-barang yang sifatnya konsumtif. Plus, ia menyarankan masyarakat untuk menyisihkan 10% dari pemasukannya sebagai dana darurat yang tak boleh diotak-atik.
Boleh saja memborong selagi diskon. Tapi ingat jaga kesehatan keuangan Anda dan cek kembali keranjang belanjaan Anda sebelum check-out untuk menghindari barang yang ujung-ujungnya tak terpakai.
Artikel ini telah diterbitkan di The Conversation, baca artikel asli di sini
Artikel Terkait
43 Cara Sederhana Soal Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Bisa Bikin Sengsara Hidup Kamu, Tinggalkan Gaya Hidup Konsumtif