Abdus Salam, Fisikawan Muslim Pemenang Nobel Tapi Dilupakan

Pramesti Utami
- Senin, 13 Maret 2023 | 17:00 WIB

halopedeka.com - Pada 1979, seorang ilmuwan Pakistan bernama Abdus Salam memenangkan Nobel Fisika. Penemuan terbesar dalam hidupnya ini adalah kunci yang mendasari teori fisika partikel yang masih dipakai hingga kini, juga menjadi tonggak penemuan partikel Higgs Boson pada 2012.

Higgs Boson adalah partikel yang dianggap memberikan massa kepada materi — kerap disebut dengan nama Partikel Tuhan yang juga diganjar dengan Nobel Fisika.

Salam adalah orang Pakistan pertama yang memenangkan Nobel, semestinya kemenangan ini menjadi momen bersejarah bagi negaranya.

Alih-alih, 40 tahun berlalu, kisahnya sebagai pemenang Nobel Fisika terlupakan di tanah kelahirannya. Sebagian karena keyakinan yang dianutnya dengan taat.

Sebuah film dokumenter Netflix, Salam, Pemenang Nobel ****** Pertama, mencoba membawa Salam dan pencapaiannya kembali jadi sorotan.

"Salam adalah Muslim pertama yang memenangkan Penghargaan Nobel di bidang ilmu pengetahuan," kata Zakir Thaver, salah satu produser film tersebut, kepada BBC Culture.

"Dia juga sangat berkomitmen pada akar budayanya. Sebagai tanda perjuangan untuk masyarakat [Pakistan], ia mengenakan turban saat menerima penghargaan tersebut dari Raja Swedia."

Saat berpidato di malam Perjamuan Nobel, Salam mengutip ayat Al Quran.

Dokumenter ini merangkum dedikasi Salam dalam menghadapi tiga ujian dalam hidupnya: tentang fisika yang mengantarnya menjadi pemenang Nobel, keyakinannya, dan kebangsaannya.

Baca: mengungkap kemampuan kognitif pada binatang

Salam sudah menonjol semenjak kecil. Ia lahir di Jhang, sebuah kota di India yang kala itu masih diduduki Inggris, pada 1926. Ayahnya, yang bekerja sebagai guru, yakin bahwa kelahiran Salam adalah petunjuk Tuhan yang diterimanya saat salat Jumat.

Ia tumbuh dengan berbagai keistimewaan yang tak didapatkan saudara-saudarinya. Salam tak harus mengerjakan pekerjaan remeh-temeh seperti memerah susu sapi dan mengosongkan jamban, sehingga dia punya banyak waktu luang untuk belajar matematika.

Meski begitu, masa kecilnya tak mewah. Salam meninggalkan kotanya karena diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Lahore, dan itulah untuk pertama kalinya ia melihat lampu listrik.

Di sana, kemampuan matematika dan fisika Salam jauh melampaui teman-temannya. Dia kemudian mendapat beasiswa ke Universitas Cambridge, menjadikannya satu dari sedikit siswa asal Asia Selatan yang belajar di kampus itu.

Halaman:

Editor: Pramesti Utami

Sumber: BBC Indonesia

Tags

Terkini

Setiap Dua Minggu, Satu Bahasa Hilang dari Muka Bumi

Rabu, 22 Februari 2023 | 15:00 WIB

Riset: Penggunaan HP Bisa Memicu Kanker

Selasa, 7 Februari 2023 | 12:00 WIB

Apa Rahasia Umur Panjang hingga 100 Tahun

Selasa, 24 Januari 2023 | 19:00 WIB

Menguak Kemampuan Kognitif pada Binatang

Jumat, 13 Januari 2023 | 15:00 WIB

Awas! Krisis Iklim Musnahkan Sumber Air Minum Asia

Jumat, 30 September 2022 | 12:00 WIB
X