Dampak Artificial Intelligent Makin Meningkatkan Pengangguran?

Halopedeka.com-  Di era industri 4.0 yakni era penuh digitalisasi dimana orang harus menyadari bahwa banyak sekali perubahan yang terjadi.

Pada era industri 4.0 ini merupakan era yang didominasi dengan artificial intelligent (AI) yang jika dikuasai maka banyak keuntungan yang diperolehnya.

Contoh paling konkret adalah splikasi ChatGPT yang kini populer kemampuannya bisa meniru tingkah laku dan pola pikir manusia mengejutkan banyak orang.

Begitu juga era AI bisalebih cerdas dalam hal pengumpulan data dengan ketepatan data yang akurat.

Baca Juga: BPOM: Hati-Hati Obat Kelas Industri, Harganya Lebih Murah di Pasaran

Bahkan banyak perusahaan kini mulai menggunakan teknologi AI untuk meraup lebih banyak keuntungan.

Namun segala keuntungan dan kehebatan yang disebutkan tadi, AI malah menimbulkan banyak gejolak ekonomi atau tidak berbuat banyak untuk menumbuhkan ekonomi.

Dengan kata lain, AI justru mengakibatkan ketimpangan pendapatan menjadi lebih buruk.

Baca Juga: Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Untuk Penyiapan SDM Kompeten

Seperti munculnya  distribusi pendapatan justru semakin memperbesar Indeks Gini atau “inequality gap” yang berarti semakin menjauhi distribusi pendapatan yang merata.

Berkembangnya AI otomatis mengakibatkan pekerjaan keterampilan rendah dan menengah menjadi menurun.

Akibat ketidaksiapan masyarakat dalam merespon perkembangan industri 4.0 ini dimana AI menyebabkan  semakin tingginya tingkat pengangguran.

Dampaknya timbul jurang yang semakin besar antara tenaga kerja terampil tingkat tinggi dan tingkat rendah.

Indonesia mau tidak mau sebagai negara yang berkembang harus menyesuaikan dengan perubahan ini agar tidak terjadi ketimpangan yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan negara-negara maju.***